1.28.2007

Dua Anggota DPD Berkunjung ke Desa Kuanoel

Up Date Mollo
Dua Anggota DPD Mengunjungi Lokasi Tambang di Desa Kuanoel

Kupang, 27 Januari 2007
Kasus kekerasan dan penolakan masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi terhadap kehadiran tambang marmer telah menarik perhatian dua anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dua anggota DPD yang hadir tersebut yaitu Drs. Yonathan Nubatonis yang berasal dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Benny Horas Panjaitan yang berasal dari daerah pemilihan Riau pada hari Sabtu (27/01/07) pukul 10.00 WITA di lokasi pendudukan. Kunjungan dua anggota DPD ini khusus untuk membicarakan kasus tambang marmer yang telah menyita perhatian banyak pihak.

Dengan kawalan ketat dari petugas Kepolisian dan Satpol PP, dua anggota DPD tersebut melakukan dialog secara langsung dengan masyarakat selama kurang lebih dua jam. Bapak-bapak dan Mama-mama yang berjumlah kurang lebih 200-300 orang telah berdatangan dari dua desa yang selama ini menolak kehadiran tambang sejak pagi.

Informasi akan kehadiran dua anggota DPD ini telah diketahui masyarakat sejak hari Jum-at (26/01/07) lalu melalui salah seorang perangkat desa di Kuanoel. Melalui perangkat desa tersebut, Bupati juga meminta perwakilan masyarakat agar datang ke rumah dinas Bupati TTS di Soe pada hari Jum-at pagi, untuk membicarakan kasus pertambangan ini. Namun masyarakat menolak untuk hadir karena undangan yang disampaikan terlalu mendadak dan masyarakat curiga terhadap agenda yang akan dibicarakan ketika bertemu dengan Bupati sudah direkayasa.

Diawal pertemuan, dua anggota DPD menjelaskan secara singkat maksud dan tujuan kunjungannya ke desa Kuanoel. Dua anggota DPD ini juga menginformasikan bahwa mereka telah melakukan pertemuan dengan Bupati dan beberapa tokoh masyarakat di TTS pada hari Jum-at malam di rumah dinas Bupati untuk membicarakan kasus penolakan masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi terhadap kehadiran tambang marmer di desa mereka. Untuk itu kehadiran mereka ingin membantu/ menjadi mediator antara pemerintah daerah kabupaten TTS dengan masyarakat agar bisa duduk bersama.

Pada saat sesi dialog, salah seorang anggota DPD sempat menanyakan kepada masyarakat tentang bagaimana cara menyelesaikan kasus ini segera yaitu dengan cara bertemu dengan Bupati secara langsung. Untuk itu, dua anggota DPD akan memfasilitas 10 orang perwakilan masyarakat agar bisa hadir di Soe pada hari Sabtu malam (27/01/07). Namun jika tawaran ini tidak disetujui dan masyarakat masih tetap mengingkan pencabutan ijin pertambangan maka jalan satu-satunya yang bisa ditempuh yaitu melalui proses hukum.

Mendapat tawaran seperti itu, dengan tegas masyarakat tetap menolak. "Jika Bupati bersungguh-sungguh ingin menyelesaikan kasus ini, silahkan Bupati datang dan berkunjung di lokasi. Kami tidak mau ada perwakilan tapi Kami ingin semua masyarakat bisa mendengar dan ikut dalam pembicaraan tersebut" ungkap Bpk Melky Sedek Oematan.

Trauma Masyarakat
Penolakan masyarakat untuk bertemu secara perwakilan dengan Bupati di Soe bukan tanpa alasan. Penolakan ini juga bukan berarti masyarakat tidak ingin menyelesaikan kasus ini secepat mungkin. Ada banyak pengalaman yang dialami masyarakat yang membuat masyarakat trauma, takut untuk bertemu dengan Bupati melalui perwakilan.

Pengalaman seperti ini pernah dialami oleh dua orang tokoh masyarakat yaitu Bpk. Melky Sedek Oematan dan Willian Oematan yang bertemu dengan Bupati pada saat masyarakat menduduki kantor Bupati (bulan November 2006). Akibat pertemuan ini pihak Bupati menyatakan bahwa dia sudah melakukan pertemuan dengan masyarakat dan kasus dianggap telah selesai.

Disamping itu setelah pertemuan berlangsung, Bupati melalui Dinas Sosial menurunkan/ memberikan beras sebanyak 2 ton di rumah kedua orang tersebut. Pemberian beras dua ton ini membuat bingung kedua tetua adat ini karena mereka merasa tidak pernah meminta kepada Bupati dan hal ini bisa menjadi fitnah bagi keduanya. Atas kesepakatan dengan masyarakat pada akhirnya beras ini kemudian diminta untuk ditarik kembali oleh Bupati.

"Perjuangan yang Kami lakukan bukan untuk meminta beras, tapi perjuangan Kami untuk menolak tambang", kata beberapa Mama. "Kami masih bisa makan dengan hasil kebun Kami dan silahkan beras itu diambil kembali. Jangan coba menyuap masyarakat dengan pemberian beras atau apapun juga", ungkap Mama Lodia saat itu.

Alasan lain penolakan yang dilakukan masyarakat, bahwa selama ini masyarakat telah datang beberapa kali ke kantor Bupati agar bisa bertemu secara langsung. Namun yang terjadi, Bupati selalu menghindar malah mengusir masyarakat dengan menggunakan para preman. “Buat apa Kami bertemu dengan Bpk Bupati sekarang, jika Bupati mau bertemu silahkan datang ke lokasi dan berdialog langsung dengan masyarakat”, ungkap Bpk. Melky Sedek Oematan. “Kami menolak bertemu dengan Bupati di Rumah Dinas, bukan berarti Kami menolak penyelesaian kasus ini secepatnya. Kami takut jika pertemuan nanti hanya perwakilan akan dimanfaatkan Bupati untuk memaksa Kami menerima tambang”, ungkap Vicka Mael.

Atas kondisi inilah, niat baik anggota DPD untuk mempertemukan masyarakat dengan Bupati tidak berhasil untuk saat ini. Rasa trauma dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap Bupati harus dipulihkan terlebih dahulu sebelum diadakan pertemuan, sehingga perlu dicari jalan keluaranya kembali.

1.22.2007

Update Mollo; Intimidasi Masih Terus Berlanjut

Update Mollo
Preman Perusahaan Ancam dan Teror Aktivis OAT

Kupang, 22/01/07
Intimidasi dan teror dari pekerja/ preman tambang yang selama ini bekerja untuk PT. Tedja Sekawan Surabaya tidak hanya dilakukan kepada masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi saja. Setelah teror yang dilakukan mendapat perlawanan dari masyarakat, para preman/ pekerja tambang tersebut mencoba melakukan intimidasi kepada para aktivis yang selama ini mendampingi masyarakat.

Intimidasi kali ini harus dialami oleh Ny. Aleta Ba’un (Mak Leta) dan keluarga dimana Mak Leta merupakan koordinator Organisasi Ataimamus (OAT) yang selama ini aktiv mendampingi masyarakat bersama Pikul. Peristiwa ini terjadi di Soe (Ibu Kota Kabupaten Timor Tengah Selatan yang berjarak kurang lebih 30 Km dari Fatumnasi) dan berikut informasi yang disampaikan Mak Leta melalui telephone selulernya:

14.00- 14.30 WITA
Kurang lebih pukul 14.00 WITA saat Bpk. Godlif Sanam (suami Mak Leta) pulang dari mengajar di salah satu sekolah. Pada saat perjalanan pulang tersebut Bpk Godlif tiba-tiba dicegat oleh para preman yang sedang ada disamping rumahnya. Selama ini para preman menggunakan salah satu rumah penduduk yang cukup dekat dengan rumah Mak Leta sebagai tempat tinggal para pekerja dan preman perusahaan tambang selama di Soe.

Ketika Bpk. Godlif sampai di depan rumah para preman, Pacelona kemudian berdiri dan mencoba memukulnya. Melihat kejadian seperti Bpk. Godlif mencoba menghindar dan mencoba melontarkan pertanyaan,”Ada apa ini? Kenapa kamu mau pukul Saya".

Atas pertanyan itu Pacelona kemudian menjawab sambil menggertak,"segera pulang dan masuk ke rumah, jika tidak saya lempar kamu". Mendapat ancaman seperti itu kemudian Bpk. Godlif Sanam cepat-cepat masuk ke rumah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

15.30 - 16.00 WITA
Teror kepada keluarga Mak Leta nampaknya belum berhenti. Kurang lebih pukul 15.30 WITA, Pacelona mencoba mendatangi rumah Mak Leta sendirian. Pada saat itu Mak Leta sedang berada di dapur (belakang rumah) sedang anak-anak ada di ruang belakang.

Dalam situasi yang sedikit mencekam karena kejadian yang dialami oleh suami sebelumnya, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu dengan sangat keras. Beberapa anak yang berada diruang tengah tidak berani membuka pintu dan mencoba memanggil Mak Leta.

Pada saat pintu di buka ternyata Pacelona sudah berada di depan pintu dan langsung mencoba memukul Mak Leta. Namun Mak Leta berhasil menghindar dari serangan Pace. Adu mulut antara Mak Leta dan Pacelona-pun tidak bisa dihindarkan. Dalam adu mulut tersebut Pace sempat mengeluarkan ancaman kepada Mak Leta bahwa ia akan mengejar dan membunuh Mak Leta dan seluruh keluarganya. Ancaman yang lebih mengerikan lagi disampaikan oleh Pace bahwa dia akan membunuh dan memakan hati Mak Leta.

Melihat situasi demikian Mak Leta kemudian mencoba menghubungi pihak Kepolisian di depan Pacelona. Mendengar bahwa Mak Leta telah menghubungi pihak Kepolisian, Pace berucap,"Bahwa dia tidak ada sangkut pautnya dengan Kepolisian. Saya tidak takut sama sekali dengan Polisi". Dan kemudian Pacelona bergegas pulang, setelah semua orang yang ada di rumah keluar.

17.00 WITA - ..
Sebagai langkah anitisipasi, Mak Leta mencoba melaporkan kejadian ini kepada Polrest TTS. Sampai dengan informasi ini ditulis, belum diperoleh informasi hasil laporan yang telah disampaikan ke pihak Kepolisian. Sementara itu informasi yang lain menyebutkan bahwa pihak Kepolisian telah mencoba mendatangi tempat kejadian perkara dan para preman lari berhamburan menghindar. Dalam hal ini belum ada satu orang preman-pun yang ditangkap.

Langkah antisipasi yang lain beberapa anak yang ada dirumah coba diamankan sementara ke keluraga terdekat. Situasi mencekam masih dialami oleh Mak Leta dan keluarga yang setiap saat bisa diserang oleh para preman. Untuk mendampingi Mak Leta maupun beberapa masyarakat yang telah mendapat serangan para preman akan diusahakan pengacara untuk mendampinginya.

Tindakan nekat para preman yang semakin berani tersebut hanya bisa diselesaikan jika pihak Kepolisian berani bersikap tegas kepada para preman. Beberapa intimidasi yang dilakukan telah terbukti meresahkan masyarakat. Dan kita masih menunggu sikap tegas dari Kepolisan tersebut.

Up date Mollo; Situasi Paska Bentrok

Empat Warga Kuanoel-Fatumnasi Dipanggil Polres TTS

Kupang, 22/01/07
Buntut penyerangan dan kerusuhan yang terjadi di desa Kuanoel-Fatumnasi beberapa hari lalu (Kamis,11/01/07 dan Selasa,16/01/07) antara pekerja tambang dan masyarakat Kuanoel-Fatumnasi, empat orang warga dipanggil Polres TTS hari ini (Senin,22/01/07). Keempat orang warga tersebut adalah; Dominggus Oematan, Yurnai Bai, Nordi Bae dan Maria Kase.

Surat panggilan yang dikeluarkan atas nama Kasatreskrim Polres TTS, IPTU Yeter Selan diterima masyarakat melalui Vika Mael pada hari Jum-at (19/01/07) di Posko pendudukan.Berdasarkan surat panggilan yang diterima, dua orang warga yaitu Dominggus Oematan dan Yurnai Bai akan dimintai keterangan oleh Polrest sebagai saksi atas kasus penyerangan yang menimpa Yosafat Toto dan pembakaran rumah yang terjadi pada hari Kamis. Sementara itu Nordi Bae dan Maria Kase akan dimintai keterangan sebagai saksi kasus penyerangan yang telah melukai suaminya pada hari Selasa.

Nordi Bae dan Maria Kase adalah istri dan anak dari Bpk. Nimrod Kase (korban) yang akan menjadi saksi kunci penyerangan dari para preman. Dua orang inilah yang melihat pelaku penyerangan terhadap suaminya yang dilakukan oleh Pacelona, Nery Oematan dan Nando yang belum ditangkap sampai saat ini. Berdasarkan informasi yang diterima dari salah satu media lokal (Pos Kupang, 22/01/07) Polres TTS telah menetapkan 3 orang pekerja tambang sebagai tersangka yang akan segera dilimpahkan ke Pengadilan.

Beberapa orang warga dan satu orang anggota tim litigasi (Sami Sanam) akan mendampingi warga untuk menghadap Polrest TTS. Masyarakat berharap agar segera dilakukan penangkapan kepada para pelaku yang saat ini masih sering melakukan teror dan intimidasi kepada masyarakat.

Situasi Lapangan
Situasi lapangan saat ini (desa Kuanoel-Fatumnasi) masih sangat labil dan tidak menentu. Berbagai isu akan terjadi serangan dari para preman dikedua desa tersebut terus terjadi. Berdasarkan informasi yang diterima dari masyarakat, akan terjadi penyerangan yang dilakukan oleh beberapa orang dari Belu pada hari Minggu (21/01) malam. Namun sampai dengan informasi ini ditulis, penyerangan tidak terjadi.

Informasi yang lain, pada hari Sabtu (20/01) malam kurang lebih pukul 19.00 WITA, telah terjadi pembakaran rumah salah seorang preman/ pekerja tambang (Nando). Ada beberapa kecurigaan dari masyarakat, bahwa pelaku pembakaran bukan dari warga tapi oleh para pekerja tambang sendiri dalam rangka menciptakan kekecauan.

Kecurigaan ini disampaikan karena pada saat itu hampir seluruh warga sedang berada/ berkumpul di salah satu rumah duka satu orang warga yang meninggal dunia. "Hampir semua orang berkumpul disini, tapi tiba-tiba kok ada kebakaran di rumah Nando", ujar Theos Nunu. "Saya minta kepada seluruh warga untuk tetap tinggal dan jangan pergi ke rumah yang terbakar agar masyarakat tidak dituduh sebagai pelaku pembakaran", tambah Theos.

Informasi lain yang diterima, sebelum terjadi kebakaran istri Nando telah masuk ke rumah dengan diantar oleh seorang tukang ojek. Pada saat ini beberapa orang masih mencari kebenaran atas informasi ini kepada tukang ojek yang telah mengantar istri Nando tersebut.
Penolakan warga desa Kuanoel, Fatumnasi dan desa lain terhadap kehadiran perusahaan PT. Tedja Sekawan Surabaya yang akan mengeksplorasi batu marmer (Fuat Lik dan Fatu Ob) telah bergeser isunya. Ketegasan aparat Kepolisian, dalam hal ini Polres TTS, untuk mengungkap dan menyelesaikan kasus ini adalah salah satu solusi yang harus segera dilakukan agar tidak terjadi pembiasan isu yang semakin melenceng jauh dari persoalan selama ini.

Tindakan tegas dari aparat Kepolisian untuk menangkap para pelaku kekerasan juga sebagai wujud untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat. Ketentraman warga desa Kuanoel-Fatumnasi telah terganggu/ terusik sejak PT. Tedja Sekawan masuk ke desa mereka. Jika tidak segera dilakukan, korban-pun akan terus berjatuhan.

1.19.2007

Berita dari Jakarta

Advokasi Kasus Mollo
JATAM dan AMAN Desak Komnas HAM
Jakarta, 17/1/07
Setelah aksi kekerasan yang terjadi di Fatumnasi hari Selasa (16/1), keesokan harinya Jatam dan AMAN ke Komnas HAM. Kedatangan ke Komnas HAM ini bertujuan untuk "mengadukan" permasalahan aksi kekerasan dan perampasan hak-hak masyarakat yang terjadi di Fatumnasi-Kuanoel yang semakin meluas dan sistematik oleh persekongkolan korporasi dan negara yang menggunakan rakyat sipil/preman. JATAM dan AMAN mendesak Komnas untuk segera bersikap, bertindak dan menanggapi keseluruhan kejadian di wilayah Mollo, mulai dari Kasus Fatu Naususu, Naitapan sampai dengan Peristiwa di Fatumnasi.

Wakil dari Komnas HAM yang kami temui adalah MM. Billah (Komisioner Hak Politik). Pada bulan April 2006 dan Nopember 2006 yang lalu, JATAM, AMAN dan WALHI telah ke Komnas HAM dan bertemu dengan Komisioner EKOSOB. Alasan bertemu dengan M.M. Billah, karena kami mau agar isu dan penanganannya terintegralistik, tidak hanya terkait dengan soal-soal EKOSOB, tetapi juga pelanggaran hak-hak SIPOL. Kami memandang MM. Billah dibanding dengan anggota yang lain lebih plus, tetapi harapan ini sirna ketika bertemu dengan Billah dan mengatakan bahwa hanya bisa menampung dan memberikan "memo" untuk meneruskan pengaduan ini kepada Komisi lain yang berwenang.

Meskipun kami telah sampaikan serta meberi keyakinan bahwa permasalahan ini ada hubungannya pula dengan pelanggaran Hak Politik yang dibidangi Billah, tetapi dia mengelak ini kasus EKOSOB dan kekerasan. Dalam hal ini Komnas HAM tidak ada kemauan untuk melihat kasus pelanggaran HAM ini lebih luas. Memang Billah sempat berkeluh kesah dengan mekanisme di Komnas yang tidak memuaskan dan sering mengecewakan kawan-kawan. Beliau meminta kita untuk terus menerus mendesak Komnas, paling tidak ini akan memberikan impak agar komnas lebih proaktif.

Pada tanggal 18 Januari 2007, Komisioner Hak Politik (M.M. Billah) telah membuat Memorandum (No.011/SIPOL/I/07) kepada Komisioner Safrudin Bahar, Penanggungjawab Hak Komunitas Adat dan Eny Suprapto, Penanggung jawab Hak atas Rasa Aman. Sayang oleh karena tidak ada komisioner yang menemui mereka dan tidak seorangpun staf bagian pengaduan yang bersedia ditemui untuk menampung pengaduan yang bisa diteruskan kepada yang memiliki kewenangan menangani kasus yang berkaitan dengan tema Hak Masyarakat Adat dan Hak atas Rasa Aman. Oleh karena itu dengan ini saya meneruskan pengaduan itu kepada yang berwenang dan mengharapkan kasus/peristiwa ini segera ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangan Komnas HAM dan tatacara aturan yang berlaku.... dst.

Kawan-kawan, kami berharap seminggu setelah surat ini sudah ada jawaban tanggapan dan kami akan terus mendesak, meskipun KOMNAS sekarang lagi sibuk dengan menyelesaikan tugas terakhir dan mempersiapkan pergantian baru.

Semoga informasi ini bermanfaat

salam hangat

angky

Situasi Paska Bentrok

Up date Mollo
Masyarakat Desa Kuanoel-Fatumnasi Masih Dirundung Kecemasan


Kupang, 19/1/07
Rasa was-was warga desa Kuanoel-Fatumnasi terhadap serangan yang bisa terjadi setiap saat oleh pekerja tambang dan preman terus terjadi sampai sekarang ini. Hal ini dimaklumi karena telah dua kali warga diserang secara tiba-tiba oleh para preman pada hari Kamis (11/01) dan Selasa (17/01) yang belum ada proses penyelesaian secara hukum.

Seperti informasi sebelumnya, para preman dan pekerja tambang masih melakukan teror kepada masyarakat dengan melakukan pencegatan dijalan. Dua orang warga Kuanoel-Fatumnasi hampir terkena sabetan parang dari para preman tersebut.

Untuk mengantisipasi serangan yang tiba-tiba, khususnya pada malam hari, warga saat ini membentuk kelompok (1 kelompok 5 orang) untuk melakukan jaga/ ronda. Kelompok tersebut disebar di seluruh wilayah desa Fatumnasi dan Kuanoel khususnya wilayah-wilayah yang selama ini disinyalir sebagai tempat masuk para preman dari hutan sekitar desa tersebut.

Pembentukan kelompok jaga ini didasarkan pula pada informasi yang diterima masyarakat, bahwa Pacelona dan Nery Oematan akan kembali memimpin melakukan serangan. Informasi yang Kami terima dari lapangan mengatakan bahwa pada hari Kamis kemarin (18/01), 6 orang warga eks Timor-Timur masuk ke desa Fatumnasi pukul 14.00 WITA. Mereka masuk secara bergantian dengan menggunakan jasa tukang ojek menuju rumah Nando (pekerja tambang).

"Kami takut kehadiran mereka untuk melihat dan membaca situasi lapangan guna melakukan penyerangan" , ungkap Vika Mael. Ketakutan dan kekhawatiran Mak Vika ini didasarkan pada kasus sebelumnya dimana sebelum melakukan penyerangan para preman telah berada di rumah Nerry maupun Odi Sila untuk beberapa waktu hingga terjadi penyerangan pada hari Selasa lalu.

Sampai dengan informasi ini kami tulis, masyarakat masih tetap bertekat untuk tidak menyerah dan membiarkan Faut Lik dan Fatu Ob untuk di tambang. Kami hanya ingin mempertahankan gunung batu yang telah memberi Kami maupun masyarakat NTT kehidupan, dengan sumber air-nya. "Berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun Kami telah dihidupi oleh batu ini, dan bukan dari perusahaan. Kami akan tetap tolak tambang karena bagi Kami tambang tidak pernah menguntungkan sama sekali. Tambang hanya akan menguntungkan segelintir orang bukan Kami rakyat kecil ini", ungkap Mama Veronika Bay dengan nada kesal.

Sejak kehadiran perusahaan PT. Tedja Sekawan Surabaya di desa Kuanoel pada bulan Agustus 2006 memang telah membuat masyarakat resah. kehidupan masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi yang selama ini tenang harus terusik dengan kedatangan alat-alat berat di desa mereka. Melihat situasi yang demikian, sudah saatnya ijin tambang memang harus dicabut karena sebagian besar rakyat telah menolaknya.

Untuk mengetahui secara langsung situasi lapangan, kawan-kawan bisa menghubungi;
1. Melly Oematan/ Pak Mel : 081353743746
2. Mak Leta : 081318967319
3. Theos/Mak Vika/Yati : 085239329345

1.18.2007

Masyarakat Mengadu ke Polisi

 Up date Mollo
“Masyarakat Mengadukan Kasus Penyerangan ke Polres TTS”


Kupang,18/1/07
Buntut serangan yang dilakukan oleh para preman yang selama ini bekerja untuk tambang (PT. Tedja Sekawan Surabaya) pada hari Selasa (16/1/07) di desa Fatumnasi pukul 18.30 WITA telah diadukan ke Polres TTS hari Rabu (17/1/07) lalu. Seperti informasi sebelumnya, akibat serangan ini satu orang warga Fatumnasi yang bernama Nimrod Kase, terluka cukup parah dibagian kakinya.

Aksi para preman dan pekerja tambang tidak hanya berhenti disini. Beberapa tukang ojek yang berasal dari desa Fatumnasi, hampir terkena serangan parang ketika mereka sedang mengantar penumpang di desa Tokmenas (Satu desa di bawah Fatumnasi)."Untung saya bisa menghindar dan segera tancap gas ketika Pace mengayunkan parang kearah kaki saya", ungkap Yorim Taklale salah satu tukang ojek yang hampir menjadi korban.

Kasus yang sama hampir terjadi pada Bpk. Canor yang saat itu membawa penumpang Bpk. Sanam yang dicegat oleh Pace, Nery dan beberapa preman lain yang mengendarai 4 sepeda motor di desa Tokmenas (satu desa dekat Kuanoel). Pada saat itu Canor sedang menuju ke Kapan namun tiba-tiba sampai di desa Tokmenas dia dicegat oleh Pace dan teman-temannya.

Akibat intimidasi dan teror terus-menerus ini, sejumlah massa dari desa Fatumnasi kemudian meluapkan kemarahannya dengan melakukan pengrusakan beberapa rumah yang selama ini digunakan oleh para pekerja tambang untuk bersembunyi. Setidaknya ada empat rumah yang coba dilempari penduduk diantaranya rumah; Nerry Oematan, Nando, Apsolon Popy dan Ody Sila. Disamping pengrusakan rumah, beberapa warga melakukan sweaping terhadap para pekerja tambang dengan mendatangi rumah-rumah yang dicurigai sebagai tempat persembunyian pekerja.

Meskipun situasi sudah semakin panas dan menegangkan, aparat Kepolisian TTS belum menurunkan aparatnya. Hanya beberapa intel dari Polres TTS yang diturunkan di lokasi tanpa melakukan tindakan apapun.

Akibat kejadian ini, beberapa orang dari Fatumnasi (10 orang), termasuk dua orang korban (Yosafat Toto dan Nimrod Kase) didampingi oleh pengacara masyarakat Mursid Mudiantoro, mengadukan kasus ini ke Polres TTS. Pengaduan di terima oleh Kasat Reskrim TTS Yeter Selan yang berjanji akan menindaklanjuti pengaduan masyarakat.

Disamping itu, menurut informasi yang kami terima, beberapa jaringan yang ada di Jakarta; Jatam dan Aman telah mengadukan kasus ini ke Komnas Ham pada hari Rabu (17/01/07). Namun sampai informasi ini Kami berikan belum ada informasi dari hasil pertemuan tersebut.

Berlarut-larutnya konflik tambang yang ada di desa Kuanoel yang telah memakan korban dan membuat masyarakat terus di cekam rasa takut ini tidak bisa dilepaskan dari kebijakan dan tanggungjawab Bupati TTS Drs. Daniel Banunaek. Sampai dengan saat ini, Bupati belum pernah melakukan kunjungan maupun bertemu dengan masyarakat secara langsung di lokasi. Padahal, salah satu kunci penyelesain kasus ini ada di tangan Bupati, yang telah mengeluarkan ijin penambangan tersebut. Dan dari beberpa informasi yang Kami terima, ijin ini diduga bermasalah.

Untuk mengetahui secara langsung situasi lapangan, kawan-kawan bisa menghubungi;
1. Melly Oematan/ Pak Mel : 081353743746
2. Mak Leta : 081318967319
3. Theos/Mak Vika/Yati : 085239329345



1.17.2007

Masyarakat Kembali Di Serang

Masyarakat kembali diserang; Satu orang luka parah di bagian kakinya
Kasus intimidasi dan teror kepada masyarakat desa Fatumnasi/ Kuanoel masih terus terjadi hingga saat ini. Pada hari ini (Selasa, 16/01/07) kurang lebih pukul 18.30 WITA satu orang warga telah terkena parang hingga kakinya hampir putus. Berikut adalah informasi sementara dari lapangan;

Desa Fatumnasi, Selasa 16/01/07
16.00 - 17.00 WITA
Berdasarkan informasi yang diterima oleh masyarakat, beberapa preman dan pekerja tambang berada di salah satu rumah penduduk yang bernama Odi Sila (pekerja tambang). Atas informasi tersebut, beberapa masyarakat (kurang lebih 20 orang) mencoba mendatangi rumah Odi Sila sambil berteriak-teriak agar mereka segera keluar.

Teriakan masyarakat tersebut tidak dihiraukan oleh Odi Sila dan beberapa preman yang ada didalam rumah. Sampai pada akhirnya dua orang Mama (Vika Mael dan Mama Coster) masuk kedalam rumah dan sempat berkomunikasi dengan dua orang tersebut."Kamu disini mau apa", tanya Mak Vika. Odi Sila kemudian menjawab,"Kami mau ambil SK (Surat Keputusan) Bapak Kami".

Pada saat itu masyarakat yang ada di luar terus berteriak-teriak agar mereka semua keluar dari rumah sehingga masyarakat tahu siapa saja mereka. Tidak lama kemudian, mereka semua (berjumlah 7 orang) keluar dari rumah dan masyarakat segera mengusir mereka untuk segera pergi. Beberapa orang yang bersama Odi Sila sempat mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak tahu menahu kasus ini dan mereka hanya diajak oleh Odi untuk mengambil SK Bapaknya.

Pada saat pengusiran itu, Odi Sila sempat mengeluarkan hp dan mencoba berkomunikasi dengan seseorang namun oleh masyarakat hp itu mau diminta. Odi Sila kemudian langsung mematikan dan memasukkan hp dikantong sakunya. Pada saat itu Odi Sila tidak keluar dari desa Fatumnasi namun dia dan kawan-kawannya berjalan menuju hutan. Melihat hal tersebut, beberapa masyarakat sempat memukul muka Odi Sila yang sempat mengeluarkan darah.

17.00-18.30 WITA
Setelah masyarakat mengusir Odi Sila, beberapa diantara mereka kemudian kembali ke Posko yang ada di desa Kuanoel (kurang lebih berjarak 2,5 - 3 km). Dan beberapa masyarakat dari Fatumnasi masih tetap berada di desa mereka.

18.30 -21.00 WITA
Bapak Nimrod Kase (adiknya Bpk. Melky Sedek Oematan yang selama ini terlibat cukup aktiv melakukan pendudukan) pada saat itu hendak masuk ke rumah, namun tiba-tiba mendapat serangan oleh beberapa orang secara mendadak. Para penyerang tersebut kemudian langsung melukai kaki kiri (sebelah atas mata kaki) sehingga kakinya hampir putus.

Sampai dengan pukul 21.00 Wita korban belum bisa di bawa ke puskesmas karena para preman masih terus melempari rumah beberapa warga. Baru kurang lebih pukul 21.30 WITA korban bisa dibawa ke puskesmas di Fatumnasi dan sekarang dalam perawatan. Sampai dengan informasi ini Kami sampaikan, aparat Kepolisian dari Polres TTS belum ada di lokasi dan informasi yang Kami terima mereka masih menuju lokasi.

Jumlah penyerang maupun para pelaku tidak dapat diidentifikasi masyarakat karena situasi sangat gelap. Sebuah parang yang berlumuran darah telah ditinggal oleh pelaku di lokasi. Parang tersebut diidentifikasi miliknya Nerry Oematan (salah seorang preman perusahaan) yang rumahnya selama ini digunakan oleh para preman perusahaan untuk bersembunyi. Kemarahan masyarakat kemudian dilampiaskan dengan melakukan pengrusakan rumah Ody Sila dan Nery.

Sampai dengan informasi ini ditulis, masyarakat masih terus berjaga-jaga di luar rumah baik di desa Kuanoel maupun Fatumnasi. Masyarakat masih juga mengejar para preman yang sembunyi lari di hutan. Untuk menghindari kekerasan yang lebih jauh lagi, sudah saatnya pihak Kepolisian secara serius mengusut kasus ini dan menghentikan seluruh rencana penambangan PT. Tedja Sekawan.

Demikian informasi sementara yang Kami peroleh, untuk informasi langsung dilapangan bisa menghubungi;
Mellky Sedek Oematan ; 081353743746
Mak Vika ; 085239329345
Laporan terkini perkembangan kasus di Mollo akan terus Kami informasikan mengingat situasi di lapangan yang terus berubah.

1.16.2007

Situasi Paska Bentrokan

Masyarakat Masih Tetap Setia Menjaga Batu

Masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi saat ini masih setia menduduki lokasi tambang walau telah terjadi bentrok dengan para pekerja tambang dan preman pada hari Kamis (11/01/07) lalu. Berikut informasi yang bisa kami share sesuai dengan situasi lapangan sampai dengan hari Senin, 15 Januari 2007;

1. Situasi Masyarakat
Bentrokan pada hari Kamis (11/1/07) antara pekerja/ preman PT. Tedja Sekawan Surabaya dengan masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi tidak membuat masyarakat menjadi jera atau takut. Malah bentrokan tersebut semakin memperkuat komitment rakyat untuk tetap mempertahankan daerah mereka yang akan dijarah dan dirusak oleh PT. Tedja Sekawan.

Ratusan massa yang terdiri dari Bapak-Bapak, Mamak-Mamak, Anak-anak remaja laki-laki dan perempuan terus berdatangan ke posko untuk membicarakan dan mendiskusikan kejadian sebelumnya. Rasa marah dari para Mama terhadap PT. Tedja Sekawan maupun Bupati terus terlontar dalam setiap pembicaraan diantara mereka.

"Kami pikir Bupati dan Anggota DPRD (Kabupaten TTS dan Propinsi) sudah tidak peduli lagi pada nasib Kami" ujar salah seorang Mama. "Mengapa mereka membiarkan kasus ini berlarut-larut dan tidak segera diselesaikan, padahal Kami sudah mencoba mendatangi mereka ke Kantor Bupati maupun kantor DPRD malah Kami diserang para preman dan di usir" tambah Mama yang lain. Atas dasar itu maka masyarakat berpikir bahwa jika Pemerintah Daerah tidak mampu menyelesaikan kasus ini maka jangan salahkan rakyat untuk menyelesaikan dengan cara mereka sendiri.

Ungkapan kekesalan, marah dan jengkel pada para pekerja juga terlontar dari masyarakat lain yang ada di Posko. "Kami akan pertahankan tanah kami sampai titik darah penghabisan" ungkap Mama Coster dengan nada geram."Masak Kami harus berdiam diri ketika ada pencuri masuk di daerah Kami" tambahnya.

Solidaritas, kebersamaan terus menerus ditunjukkan masyarakat untuk tetap mempertahankan wilayah mereka. Beberapa orang Mama mengirim sayuran-sayuran, ketela, pisang yang baru mereka petik bahkan ayam ke posko untuk bisa digunakan bersama-sama. Mereka juga sepakat untuk berbagi diri menjaga batu setiap harinya sehingga lokasi tidak kosong dan tetap ada orang. Tanda-tanda bahaya pun mulai disepakati oleh masyarakat, yaitu ketika bunyi sirine dari megaphone berbunyi maka masyarakat akan turun ke lokasi bersama-sama.

2. Isu Serangan
Pada saat ini, isu serangan balik dari para pekerja tambang terus dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak jelas. Rencana serangan dari masyarakat Sikam (satu desa sebelah/ tetangga desa Kuanoel) yang akan dilakukan pada hari Senin kemarin membuat masyarakat bersiap-siap. Namun sampai dengan Senin sore serangan tersebut tidak terjadi.

Tidak hanya itu, isu serangan lain terus muncul. Masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi akan diserang oleh massa dari Soe (Ibu Kota Kabupaten TTS) dan Kapan pada hari Selasa dinihari (kurang lebih pukul 02.00 WITA). Atas informasi ini ratusan massa terus berjaga-jaga hingga hari ini.

Isu-isu akan terjadinya penyerangan balik terus menerus dilakukan sehingga membuat masyarakat selalu dalam kondisi waspada dan siaga. Dengan isu seperti itu, situasi dilokasi memang sedikit mencekam dimana para bapak-bapak dan mama-mama harus selalu siap siaga menghadapi segala kemungkinan. Untuk itu sudah seharusnya pihak aparat keamanan, khususnya pihak Kepolisian di wilayah TTS harus mampu menjamin rasa aman masyarakat.

3. Proses Hukum
Pada saat ini, pihak Kepolisian masih terus memproses kejadian bentrok antara masyarakat dan para pekerja tambang. Tiga orang dari pihak masyarakat telah dimintai keterangan oleh pihak Kepolisian menyangkut peristiwa itu.

Beberpa informasi yang disampaikan masyarakat, pihak Kepolisan juga menanyakan orang-orang yang melakukan pengruskan maupun penyerangan kepada beberapa rumah yang selama ini dipakai oleh pihak perusahaan pada saat pembuatan Berita Acara Pemeriksaan di Polres TTS. Polisi juga menanyakan siap yang melakukan pelemparan terhadap excavator. Beberapa orang menjawab bahwa tidak ada seorangpun yang menyentuh/ melempar excavator pada saat itu.

Jika informasi yang Kami terima benar maka akan ada kemungkinan pihak Kepolisian akan melakukan proses penangkapan kepada masyarakat yang melakukan penyerangan/ pengrusakan rumah. Melihat situasi demikian salah seorang tetua adat menyampaikan kepada Kami bahwa sebagai tetua adat dia akan ikut mempertanggungjawabkan masalah ini. Menurut beliau, tindakan yang dilakukan masyarakat sebagai salah satu upaya untuk merespon pekerja tambang yang tetap nekat bekerja, sehingga mereka harus Kita lindungi.

Sampai dengan informasi ini Kami tulis, ratusan masyarakat yang terdiri dari Bapak-bapak dan Mama-mama masih tetap setia menduduki lokasi tambang. Mereka tetap bersepekat untuk tidak meninggalkan lokasi tambang sampai dengan kasus ini diselesaikan oleh Bupati.

1.12.2007

Up date Mollo; Paska Bentrok

Up Date Mollo
"Ratusan Masyarakat Kembali Mendatangi Lokasi Tambang Paska Bentrokan"
Kawan-kawan,

Kupang, 12 Januari 2007
Berikut adalah up date terbaru setelah bentrok antar masyarakat dan pekerja tambang pada hari Kamis (11/01/07) lalu. Informasi ini kami peroleh dari lapangan (Fatumnasi dan Soe) secara langsung, dan berikut informasinya;

Setelah bentrok antar masyarakat dan para preman dan pekerja tambang hari Kamis (11/01/07) kemarin, masyarakat masih terus berdatangan dan menduduki lokasi tambang. Pada hari ini juga beberapa anggota Kepolisian telah hadir kembali di lokasi tambang dan meminta Yosefat Toto (Korban), Vika Mael dan satu orang lagi yang belum teridentifikasi namanya agar datang ke Polres Soe untuk dimintai keterangan. Ketiga orang tersebut sampai saat ini belum didampingi oleh kuasa hukum dan kita masih mengkoordinasikan dan mengkonslidasikan beberapa orang yang ada di Soe agar bisa mendampingi tiga orang tersebut.

Polisi juga membawa 1 buah truck yang mengangkut batu marmer ke Polres Soe untuk dijadikan barang bukti. Pada saat truck mau di bawa ke Soe, sempat terjadi keributan antara Polisi dan masyarakat karena ada kecurigaan masyarakat bahwa batu tersebut akan dibawa perusahaan dan tidak dikembalikan lagi. Namun pada akhirnya masyarakat merelakan truck tersebut dibawa ke Soe.

Informasi lainnya, kemaring (Kamis, 11 January 2006) pihak perusahaan sudah mengadukan kasus ini ke Kantor Polisi. Informasi detail tentang hal ini belum kita terima. Atas dasar pengaduan tersebut maka ada kemungkinan akan terjadi pengkriminalisasian terhadap masyarakat yang kemarin melakukan bentrok dengan pekerja tambang. Jika hal ini betul-betul terjadi maka kasus Naitapan akan berulang kembali dimana perusahaan pada akhirnya kembali beroperasi. Untuk itu bantuan dan dukungan kawan-kawan sangat dibutuhkan untuk membantu perjuangan masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi yang saat ini menghadapi ancaman dari berbagai pihak.

Untuk mengetahui secara langsung situasi lapangan, kawan-kawan bisa menghubungi;

1. Melly Oematan/ Pak Mel : 081353743746
2. Mak Leta : 081318967319
3. Theos/ Mak Vika via HP Yati : 085239329345

Surat Protes

No : 05/AM-KI/ADV/I/07 Kupang, 12 January 2007
Lampiran : Kronologi Peristiwa
Perihal : Surat Protes


SURAT PROTES
“Bupati dan Kapolres Timor Tengah Selatan Harus Bertanggungjawab”

Kepada Yth;
Bapak BUPATI TTS & KAPOLRES TTS
Di Tempat

Konflik tambang yang berujung kekerasan antara masyarakat desa Fatumnasi-Kuanoel Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan para pekerja tambang PT. Tedja Sekawan Surabaya terjadi pada hari Kamis, 11 January 2007 di desa Kuanoel. Konflik ini berawal dari kedatangan para pekerja tambang (kurang lebih 20 orang) ke desa Kuanoel untuk mulai bekerja menambang batu marmer di Faut Lik dan Fatu Ob yang terletak di desa Kuanoel. Akibat kasus ini satu orang warga yang bernama Yosafat Toto terluka di bagian kakinya karena diserang salah seorang pekerja PT. Tedja Sekawan dengan menggunakan parang.

Seperti diketahui bersama, rencana PT. Tedja Sekawan Surabaya menambang batu marmer di desa Kuanoel telah ditentang oleh sebagian besar masyarakat di dua desa tersebut dan beberapa desa lainnya. Penolakan masyarakat dilakukan dengan melakukan pendudukan lokasi tambang yang dimulai pada tanggal 14 Oktober 2006 lalu dan diikuti dengan aksi-aksi berikutnya (pendudukan kantor Bupati, Aksi ke DPRD Propinsi dsb). Sejak aksi pendudukan tersebut, perusahaan untuk sementara menghentikan operasinya dan tidak melakukan pekerjaan sama sekali.

Dalam situasi/ kondisi yang masih menyisakan masalah, para pekerja tambang kembali datang ke lokasi pada hari Kamis pagi tanggal 11 January 2007. Kedatangan para pekerja tersebut diikuti pula oleh kedatangan dua orang anggota polisi yang diidentifikasi berasal dari Polres TTS yang sempat berkomunikasi dengan beberapa orang warga. Masyarakat mencoba menanyakan kepada dua orang anggota Kepolisian tersebut kenapa mereka (Polisi) membiarkan para pekerja bekerja, padahal saat ini masih ada sengketa antara masyarakat Desa Fatumnasi-Kuanoel dengan perusahaan. Dalam hal ini pihak Kepolisan menjawab bahwa kedatangan mereka hanya ingin melakukan pengamanan saja.

Seperti bisa diduga, kenekatan para pekerja tambang yang tetap melanjutkan pekerjaannya, pada akhirnya memunculkan kemarahan masyarakat dengan melakukan blokade jalan (menaruh batu) untuk menghalangi laju truck yang akan membawa batu (marmer) yang sudah di bor. Perang mulut dan percekcokan yang kemudian diikuti dengan saling lempar batu antara masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi dan para pekerja tambang tidak bisa dihindarkan. Ditengah-tengah situasi seperti ini, salah seorang pekerja tambang bernama Desty Nope, datang membawa parang dan menyabetkan parang tersebut hingga melukai salah seorang warga (Yosafat Toto). Akibat serangan ini, warga menjadi marah dan mencoba melakukan pengejaran dan pelemparan batu kepada para pekerja tambang.

Berangkat dari kasus diatas, konflik dan kekerasan yang terjadi di desa Kuanoel tidak bisa dilepaskan dari tanggungjawab Bupati Kepala Daerah Tingkat II, Drs. Daniel Banunaek yang telah membiarkan PT. Tedja Sekawan Surabaya bekerja kembali walau masih menyisakan masalah dengan masyarakat. Disamping itu, kehadiran dua anggota Kepolisian dari Polres TTS yang bertugas melakukan pengamanan terbukti telah gagal mengantisipasi terjadinya tindak kekerasan yang seharusnya sudah mampu diantisipasi.

Atas dasar hal tersebut , Kami memberikan surat protes kepada Bupati TTS dan Kapolres TTS untuk;
1. Menghentikan sementara, seluruh kegiatan pertambangan yang ada di desa Kuanoel sampai dengan konflik pertambangan antara masyarakat dengan Bupati TTS-PT Tedja Sekawan Surabaya selesai
2. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten TTS dalam hal ini Drs. Daniel Banunaek, harus bertanggungjawab terhadap terjadinya kasus ini dan segera meminta maaf kepada masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi
3. Kapala Kepolisan Resor (Kapolres) TTS harus ikut bertanggunjawab karena terbukti telah gagal mengantisipasi dan memberi rasa aman kepada masyarakat
4. Tangkap dan proses, sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia, terhadap pekerja PT Tedja Sekawan Surabaya yang telah nyata-nyata dan terbukti melakukan tindakan kekerasan dan melukai salah seorang warga dengan senjata tajam

Kasus kekerasan yang menimpa masyarakat desa Kuanoel dan Fatumnasi yang menolak kehadiran PT. Tedja Sekawan Surabaya tidak hanya terjadi pada saat ini. Kekerasan demi kekerasan selalu dihadapi masyarakat seperti; intimidasi para preman dan pekerja tambang yang membawa parang dan senjata api untuk menghalau masyarakat pada tanggal 2 November 2006 di lokasi tambang, aksi intimidasi dan pelemparan batu oleh preman pada saat masyarakat menduduki kantor Bupati TTS pada tanggal 23 November – 7 Desember 2006, pemukulan terhadap salah seorang warga (Sefron Seka) oleh para pekerja tambang di desa Kuanoel pada tanggal 30 November 2006 dsb. Berbagai tindak kekerasan yang dialami dan diterima masyarakat tidak pernah diproses hingga sampai sekarang ini sehingga cara-cara penyelesaian masalah dengan kekerasan-pun terus terjadi. Intimidasi, teror dan penggunaan kekerasan lainnya tidak akan mampu menyurutkan masyarakat untuk tetap menolak kehadiran perusahaan tambang di desa Kuanoel. Hanya satu keinginan rakyat saat ini, Ijin Tambang Harus di Cabut Sekarang Juga.


Hormat Kami,







Kelik Ismunandar
Manager Advokasi dan
Pengembangan Isu Pikul


Tembusan
1. Gubernur NTT
2. Komisi VII DPR RI
3. Ketua DPRD Propinsi NTT
4. Ketua DPRD Kabupaten TTS
5. Kapolri di Jakarta
6. Kapolda NTT
7. Komnas HAM
8. Komnas Perempuan
9. Komisi Ombudsman NTT
10. Media Massa
11. Arsip

1.11.2007

Up date Mollo; Bentrok dengan Preman

Preman-Pekerja Tambang Bentrok dengan Masyarakat Fatumnasi-Kuanoel

Kekerasan telah terjadi di desa Kuanoel-Fatumnasi yang dilakukan oleh para preman bayaran yang telah melukai salah seorang masyarakat desa Kuanoel dengan parang yang dibawa preman. Berikut adalah informasi sementara yang Kami terima dari lapangan;

Desa Kuanoel, Kamis, 11 Januari 2007
08.30 WITA
Tiga orang intel yang diidentifikasi dari Polres Timor Tengah Selatan (TTS) telah datang ke desa Kuanoel sejak pagi. Dua orang intel ini berada tidak jauh dari lokasi tambang.

10.00 - 11.45
WITASejumlah preman dan pekerja tambang kurang lebih 20 orang yang menggunakan 2 mobil mulai berdatangan kembali ke lokasi tambang setelah sekian lama mereka tidak berada di lokasi. Para pekerja tersebut kemudian mulai bersiap-siap bekerja dengan mencabut pohon-pohon yang telah ditanam oleh masyarakat di lokasi tambang beberapa waktu yang lalu. Penanaman pohon ini merupakan satu simbol penolakan masyarakat terhadap rencana penambangan yang akan dilakukan oleh PT. Teja Sekawan. Pada awalnya jumlah masyarakat yang menjaga batu (berada di Posko) belum banyak, hanya ada 3 orang saja.
Para pekerja mulai mempersiapkan beberapa peralatan yang akan dipakai untuk bekerja. Satu buah truck pengangkut batu yang sudah berada di rumahEnce Tong (di perbatasan desa Kuanoel dan Fatumnasi) sejak hari Minggu (7 Januari 2006) mulai masuk ke lokasi tambang. Melihat kejadian itu masyarakatmulai berdatangan hingga mencapai sejumlah 50 orang untuk berjaga-jaga di posko (Rumah Bpk. Taklale).
Bersamaan dengan kedatangan pekerja, dua orang Polisi berseragam yangdiidentifikasi dari Polres TTS juga datang ke lokasi. Melihat kedatangan polisi, beberapa orang yang berada di Posko coba bertanya, "Kenapa pekerja diijinkan bekerja walau sengketa belum selesai?? Dan kenapa Polisi membiarkan saja?" tanya mereka. Polisi kemudian menjawab bahwa kedatangan mereka hanya untuk mengamankan keadaan saja.
11.45 - 13.00 WITA
Para pekerja yang sudah mulai berdatangan pada akhirnya mulai menghidupkan excavator. Excavator tersebut ternyata dipakai untuk mengangkat batu ke atas truck yang diparkir di lokasi bekas tanaman masyarakat. Vika Mael, salah seorang organizer yang ada di lokasi mulai mengatur agar semua orang berkumpul. Panggilan dan suara mesin excavatoryang dihidupkan mampu mengundang massa yang selama ini berada di kebun maupun di rumah untuk datang menuju posko. Vika dan sekitar 50 orang warga Desa Kuanoel dan Desa Fatumnasi kemudian menaruh/ meletakkan sejumlahbatu di tengah jalan di depan Posko untuk menghadang truck yang akan mengangkut batu ke Soe (Ibu Kota Timor Tengah Selatan).
13.00-13.15 WITA
Batu yang sudah diangkat diatas truck, dibawa keluar oleh pekerja tambang secara beriringan yaitu mobil pick-up yang mengangkut beberapa pekerja ada di depan, kemudian diikuti oleh truck yang mengangkut batu dan satu truck lagi ada di belakang. Melihat jalan sudah di blokade oleh masyarakat, Pace turun dan menyingkirkan batu. Namun, batu-batu tersebut tetap dikembalikan/ diambil oleh masyarakat sehingga mobil tidak bisa lewat. Adu mulut mulai terjadi. Pace adalah orang yang pertama melemparkan batu dari arah kawanan preman. Massa kemudian balas melempar. Terjadi saling lempar batu antar masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi dan para pekerja tambang (berasal dari luar desa tersebut) selama kurang lebih 10 menit.
13.15-14.30 WITA
Melihat situasi yang mulai panas dan sudah terjadi saling lempar batu, tiba-tiba Desty Nope (salah satu pimpinan proyek dr PT.Tedja Sekawan)turun dari mobil sambil membawa parang dan mengayunkan parang tersebut hingga mengenai kaki Yosafat Toto (menantu dr Bpk.Taklale pemilik rumah yang digunakan sebagai Posko). Tindakan itu mengakibatkan luka sobek sepanjang kurang lebih 5 Cm pada bagian telapak kaki atas Yosafat Toto. Sampai informasi ini kami tulis, Yosafat Toto belum dibawa ke RS. Oleh warga dia diantar ke Puskesmas Fatumnasi, tetapi bidan sedang bertugas ke luar sehingga Yosafat Toto belum mendapat perawatan apapun.
Melihat salah seorang pekerja tambang sudah membawa parang dan telah melukai salah seorang diantara mereka, masyarakat akhirnya marah dan mulai mengejar para pekerja. Para pekerja yang ada diatas mobil kemudian turun serta berlarian menuju rumah Mama Yosina (satu rumah tepat di pinggir lokasi penambangan yang selama ini dipakai oleh para pekerja) dengan meninggalkan 1 mobil, 1 truck pengangkut batu dan 1 truck lainnya yang ada di belakang. Melihat para pekerja berada di rumah Mama Yosina, massa akhirnya mulai melempari rumah tersebut sehingga para pekerja mulai berlarian keaerah gunung batu untuk menyembunyikan diri.
14.30-......
Satu pasukan Kepolisian dari Polres TTS baru datang ke lokasi dan mulai melakukan pemeriksaan. Dua orang Polisi yaitu Yeter Selan dan Itje Duka mulai meminta keterangan kepada Yosafat Toto di lokasi dan juga akan meminta keterangan kepada Mak Vika ke Polres TTS (di Soe). Polisi jugamembolehkan dua mobil untuk kembali ke Soe sedang 1 buat truck saatini masih tertahan di lokasi.
Sampai dengan kronologis ini dibuat, Desty Nope tidak ditangkap oleh Polisi sehingga meninmbulkan protes dari masyarakat. Pada saat ini ratusan massa sudah mulai berkumpul di Posko untuk tetap berjaga-jaga dan menjaga segala kemungkinan. Demikianlah kronologi sementara yang bisa Kami tuliskan dan untuk mengetahui informasi secara langsung kawan-kawan bisa menghubungi; Mak Vika, Yati, Yosafat Toto melalui telphone; 085239329345.
Disamping itu kawan-kawan juga bisa membuat surat protes/ desakan untuk meminta pertanggunjawaban kepada; Bupati TTS dan Polrest TTS atas peristiwa tersebut. Surat desakan tersebut bisa juga ditembuskan ke;Gubernur, Kapolda, Komnas HAM dll.
Kelik Ismunandar
Divisi Advokasi dan Pengembangan Isu Pikul