4.02.2007

Rumah Aktivis OAT di Lempari Beberapa Preman


Kupang, 4 April 2007

Ancaman dan intimidasi dari orang-orang (preman) yang selama ini pro terhadap perusahaan tambang terhadap Aleta Baun (Mak Leta) terbukti sudah. Ancaman dan intimidasi dilakukan oleh beberapa orang dengan cara melempari rumah Mak Leta pada hari Jum-at (30/03/07) dan Minggu (1/04/07) dinihari.

Aleta Ba’un atau biasa dipanggil Mak Leta adalah salah seorang tokoh aktivis perempuan di Kota Soe Kabupaten Timor Tengah Selatan yang selama ini sangat gigih melakukan penolakan dan pendampingan masyarakat Mollo. Berbagai kasus yang menyangkut persoalan rakyat di wilayah Mollo, Mak Leta selalu hadir bersama-sama masyarakat untuk melakukan perjuangan bersama-sama.

Beberapa catatan yang ada di Kami menyebutkan bahwa Mak Leta telah melakukan pendampingan masyarakat bersama-sama dengan LSM yang lain untuk melakukan advokasi bersama-sama masyarakat antaralain: rencana penambangan batu Nausus dan Nuamolo (1999-2001), pendampingan masyarakat Desa Lelobatan yang berkonflik dengan Dinas Kehutanan (2002), pendampingan kasus tanah adat di Desa Bonleu (2003-2004), penambangan Naitapan (2005-2006) sampai dengan Faut Lik dan Fatu Ob (2006-2007) yang saat ini sedang didampingi. Rencana penambangan batu Naususu berhasil digagalkan oleh gerakan rakyat, sedang untuk Naitapan proses kriminilasasi dan penangkapan terhadap sejumlah aktivis dilakukan (Maret 2006) dimana Mak Leta menjadi salah seorang yang paling dicari oleh pihak aparat keamanan (Polrest TTS).

Meskipun demikian, hal ini tidak mampu menghentikan komitment dan perjuangan Mak Leta bersama beberapa kawan yang lain untuk tetap mendampingi masyarakat yang sedang melakukan perjuangan untuk memperoleh hak-haknya. Pendampingan Mak Leta terhadap masyarakat desa Fatumnasi dan Kuanoel yang menolak kehadiran PT. Tedja Sekawan Surabaya adalah salah satu bukti kegigihan Mak Leta untuk tetap berada di garis perjuangan bersama-sama rakyat.

Atas dasar kegigihan dan kekritisan inilah, Mak Leta yang tamat Sekolah Menengah Umum (SMU), selalu mendapat tekanan dan intimidasi dari para pihak yang selama ini berseberangan dengan kepentingan rakyat. Ancaman, intimidasi, tekanan dari berbagai pihak terus berusaha diterjang oleh Mak Leta dengan keyakinan yang ia miliki.

Proses Serangan
Serangan pertama dilakukan oleh beberapa preman pada hari Jum-at (30/03/07) dinihari kurang lebih pukul 24.30 WITA. Saat itu Mak Leta dan keluarga sedang tidur nyenyak karena pada satu hari sebelumnya beliau mendampingi masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi yang saat ini sedang melakukan gugatan terhadap para Amaf yang menyerahkan tanah, PT. Tedja Sekawan dan Bupati TTS (baca up date; Masyarakat Fatumnasi di Serang Preman Usai Sidang).

Ditengah-tengah waktu istirahat tersebut, Mak Leta dan beberapa keluarga yang sedang tiidur dikagetkan dengan lemparan batu yang mengenai kaca bagian depan rumah Mak Leta hingga pecah berantakan. Mendengar ada suara kaca yang terpecah, Mak Leta dan beberapa orang kemudian terbangun. Pada saat itu Mak Leta belum keluar dan masih memantau dan melihat situasi dari dalam.

Melihat tidak ada yang keluar, para preman kemudian melanjutkan serangan dengan melakukan pelemparan sebanyak enam (6) kali. Pada lemparan ketiga dan kelima, kaca depan rumah Mak Leta kembali pecah berantakan. Merasa mendapat serangan dan ancaman beberapa kali, Mak Leta bersama beberapa orang yang tinggal didalam rumah mencoba keluar untuk bersembunyi di balik kebun jagung. Pada saat para preman mau melakukan serangan berikutnya (ke-7), Mak Leta dan dua orang melakukan serangan balik dan mencoba melempar mereka dengan batu.

Merasa mendapat perlawanan para penyerang tersebut kemudian lari tunggang langgang menghindar. Pada saat pengejaran tersebut, Mak Leta mengetahui bahwa sejumlah penyerang sebanyak tiga (3) orang diidentifkasi orang-orang yang selama ini tinggal di sebalah rumah Mak Leta. Seperti diketahui, satu rumah tepat disamping rumah Mak Leta merupakan rumah yang selama ini dipakai oleh para pekerja tambang, preman dan beberapa orang Fatumnasi yang sudah tidak berani kembali lagi ke Fatumnasi karena kasus pemarangan yang dilakukan.

Setelah berhasil menghalau para preman, Mak Leta bersama beberapa orang tetap berada di luar rumah untuk berjaga-jaga dibalik kebun jagung sampai pukul 04.30 WITA. Hal ini dilakukan terus menerus hingga sampai sekarang ini.

Meskipun demikian, pada hari Minggu (1/04/07) kurang lebih pukul 24.00 WITA rumah Mak Leta kembali diserang. Usaha antisipasi yang dilakukan Mak Leta berhasil menggagalkan usaha penyerangan yang dilakukan para preman tersebut. Begitu melihat akan ada orang yang mau melakukan penyerangan, Mak Leta dan beberapa orang keluar dari kebun jagung sambil berusaha melempar batu sehingga mereka lari tunggang-langgang.

Akibat serangan dan intimidasi seperti ini, Mak Leta dan keluarga sudah merasa terganggu keselamatannya. Mak Leta tidak melaporkan kasus ini di Kepolisian TTS karena beberapa laporan yang telah disampaikan tidak pernah ditindaklanjuti. Serangan maupun intimidasi malah semakin menjadi-jadi setelah ada laporan. Hal ini memang tidak bisa dibiarkan, namun Mak Leta maupun aktivis yang lain merasa kebingungan apa yang harus dilakukan?? Aparat penegak hukum dirasa sudah tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai pengayom masyarakat dan lebih berpihak pada penguasa maupun pengusaha. Sungguh Berat memang?????

Untuk mengetahui informasi ini lebih lanjut bias menghubungi Mak Leta di nomor: 0852530880555 atau 081318967319. Informasi yang lebih lengkap bisa dibuka di: http://rakyatmollo.blogspot.com

Engin ummæli: