1.11.2007

Up date Mollo; Bentrok dengan Preman

Preman-Pekerja Tambang Bentrok dengan Masyarakat Fatumnasi-Kuanoel

Kekerasan telah terjadi di desa Kuanoel-Fatumnasi yang dilakukan oleh para preman bayaran yang telah melukai salah seorang masyarakat desa Kuanoel dengan parang yang dibawa preman. Berikut adalah informasi sementara yang Kami terima dari lapangan;

Desa Kuanoel, Kamis, 11 Januari 2007
08.30 WITA
Tiga orang intel yang diidentifikasi dari Polres Timor Tengah Selatan (TTS) telah datang ke desa Kuanoel sejak pagi. Dua orang intel ini berada tidak jauh dari lokasi tambang.

10.00 - 11.45
WITASejumlah preman dan pekerja tambang kurang lebih 20 orang yang menggunakan 2 mobil mulai berdatangan kembali ke lokasi tambang setelah sekian lama mereka tidak berada di lokasi. Para pekerja tersebut kemudian mulai bersiap-siap bekerja dengan mencabut pohon-pohon yang telah ditanam oleh masyarakat di lokasi tambang beberapa waktu yang lalu. Penanaman pohon ini merupakan satu simbol penolakan masyarakat terhadap rencana penambangan yang akan dilakukan oleh PT. Teja Sekawan. Pada awalnya jumlah masyarakat yang menjaga batu (berada di Posko) belum banyak, hanya ada 3 orang saja.
Para pekerja mulai mempersiapkan beberapa peralatan yang akan dipakai untuk bekerja. Satu buah truck pengangkut batu yang sudah berada di rumahEnce Tong (di perbatasan desa Kuanoel dan Fatumnasi) sejak hari Minggu (7 Januari 2006) mulai masuk ke lokasi tambang. Melihat kejadian itu masyarakatmulai berdatangan hingga mencapai sejumlah 50 orang untuk berjaga-jaga di posko (Rumah Bpk. Taklale).
Bersamaan dengan kedatangan pekerja, dua orang Polisi berseragam yangdiidentifikasi dari Polres TTS juga datang ke lokasi. Melihat kedatangan polisi, beberapa orang yang berada di Posko coba bertanya, "Kenapa pekerja diijinkan bekerja walau sengketa belum selesai?? Dan kenapa Polisi membiarkan saja?" tanya mereka. Polisi kemudian menjawab bahwa kedatangan mereka hanya untuk mengamankan keadaan saja.
11.45 - 13.00 WITA
Para pekerja yang sudah mulai berdatangan pada akhirnya mulai menghidupkan excavator. Excavator tersebut ternyata dipakai untuk mengangkat batu ke atas truck yang diparkir di lokasi bekas tanaman masyarakat. Vika Mael, salah seorang organizer yang ada di lokasi mulai mengatur agar semua orang berkumpul. Panggilan dan suara mesin excavatoryang dihidupkan mampu mengundang massa yang selama ini berada di kebun maupun di rumah untuk datang menuju posko. Vika dan sekitar 50 orang warga Desa Kuanoel dan Desa Fatumnasi kemudian menaruh/ meletakkan sejumlahbatu di tengah jalan di depan Posko untuk menghadang truck yang akan mengangkut batu ke Soe (Ibu Kota Timor Tengah Selatan).
13.00-13.15 WITA
Batu yang sudah diangkat diatas truck, dibawa keluar oleh pekerja tambang secara beriringan yaitu mobil pick-up yang mengangkut beberapa pekerja ada di depan, kemudian diikuti oleh truck yang mengangkut batu dan satu truck lagi ada di belakang. Melihat jalan sudah di blokade oleh masyarakat, Pace turun dan menyingkirkan batu. Namun, batu-batu tersebut tetap dikembalikan/ diambil oleh masyarakat sehingga mobil tidak bisa lewat. Adu mulut mulai terjadi. Pace adalah orang yang pertama melemparkan batu dari arah kawanan preman. Massa kemudian balas melempar. Terjadi saling lempar batu antar masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi dan para pekerja tambang (berasal dari luar desa tersebut) selama kurang lebih 10 menit.
13.15-14.30 WITA
Melihat situasi yang mulai panas dan sudah terjadi saling lempar batu, tiba-tiba Desty Nope (salah satu pimpinan proyek dr PT.Tedja Sekawan)turun dari mobil sambil membawa parang dan mengayunkan parang tersebut hingga mengenai kaki Yosafat Toto (menantu dr Bpk.Taklale pemilik rumah yang digunakan sebagai Posko). Tindakan itu mengakibatkan luka sobek sepanjang kurang lebih 5 Cm pada bagian telapak kaki atas Yosafat Toto. Sampai informasi ini kami tulis, Yosafat Toto belum dibawa ke RS. Oleh warga dia diantar ke Puskesmas Fatumnasi, tetapi bidan sedang bertugas ke luar sehingga Yosafat Toto belum mendapat perawatan apapun.
Melihat salah seorang pekerja tambang sudah membawa parang dan telah melukai salah seorang diantara mereka, masyarakat akhirnya marah dan mulai mengejar para pekerja. Para pekerja yang ada diatas mobil kemudian turun serta berlarian menuju rumah Mama Yosina (satu rumah tepat di pinggir lokasi penambangan yang selama ini dipakai oleh para pekerja) dengan meninggalkan 1 mobil, 1 truck pengangkut batu dan 1 truck lainnya yang ada di belakang. Melihat para pekerja berada di rumah Mama Yosina, massa akhirnya mulai melempari rumah tersebut sehingga para pekerja mulai berlarian keaerah gunung batu untuk menyembunyikan diri.
14.30-......
Satu pasukan Kepolisian dari Polres TTS baru datang ke lokasi dan mulai melakukan pemeriksaan. Dua orang Polisi yaitu Yeter Selan dan Itje Duka mulai meminta keterangan kepada Yosafat Toto di lokasi dan juga akan meminta keterangan kepada Mak Vika ke Polres TTS (di Soe). Polisi jugamembolehkan dua mobil untuk kembali ke Soe sedang 1 buat truck saatini masih tertahan di lokasi.
Sampai dengan kronologis ini dibuat, Desty Nope tidak ditangkap oleh Polisi sehingga meninmbulkan protes dari masyarakat. Pada saat ini ratusan massa sudah mulai berkumpul di Posko untuk tetap berjaga-jaga dan menjaga segala kemungkinan. Demikianlah kronologi sementara yang bisa Kami tuliskan dan untuk mengetahui informasi secara langsung kawan-kawan bisa menghubungi; Mak Vika, Yati, Yosafat Toto melalui telphone; 085239329345.
Disamping itu kawan-kawan juga bisa membuat surat protes/ desakan untuk meminta pertanggunjawaban kepada; Bupati TTS dan Polrest TTS atas peristiwa tersebut. Surat desakan tersebut bisa juga ditembuskan ke;Gubernur, Kapolda, Komnas HAM dll.
Kelik Ismunandar
Divisi Advokasi dan Pengembangan Isu Pikul

Engin ummæli: