9.06.2006

Proses Perlawanan: 31 Agustus 2006

PT. Teja Sekawan kembali menggunakan taktik adu domba masyarakat guna melapangkan usahanya. Kali ini PT menjanjikan pemasangan instalasi listrik kepada Mama Kase, seorang janda yang tinggal sendiri, yang kemudian mengijinkan tanahnya untuk dikerjakan menjadi jalan masuk tambang. Tanah milik Mama Kase ini termasuk yang paling dekat dengan Fautlik, batu yang akan ditambang. Karenanya rumah ibu ini pun digunakan sebagai tempat berlindung oleh para pekerja tambang. Meski jika didatangi masyarakat mereka akan memilih lari.

Sejak aksi rakyat di DPRD TTS, excavator milik PT Teja Sekawan tetap digunakan untuk bekerja. Penggalian tanah untuk pembuatan jalan masuk ke lokasi tambang telah merusak tanah dan batuan sejauh ± 10m. Dan tidak hanya itu, penggalian excavator juga merusak salah satu mata air alam yang berada di pinggir jalan.

Melihat kerusakan itu, rakyat memutuskan untuk melakukan aksi di lokasi tambang. Kelompok perempuan mengambil inisiatif untuk melakukan aksi duduk di depan excavator untuk menghalangi jalannya. Kelompok perempuan ini dikoordinir oleh Ibu Ety Anone (korban penyerobotan tanah 25/8/06), Ibu Lodia dan Ibu Elisabeth Oematan. Ketiganya adalah warga Fatumnasi.

Engin ummæli: