Masyarakat Masih Tetap Setia Menjaga Batu
Masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi saat ini masih setia menduduki lokasi tambang walau telah terjadi bentrok dengan para pekerja tambang dan preman pada hari Kamis (11/01/07) lalu. Berikut informasi yang bisa kami share sesuai dengan situasi lapangan sampai dengan hari Senin, 15 Januari 2007;
1. Situasi Masyarakat
Bentrokan pada hari Kamis (11/1/07) antara pekerja/ preman PT. Tedja Sekawan Surabaya dengan masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi tidak membuat masyarakat menjadi jera atau takut. Malah bentrokan tersebut semakin memperkuat komitment rakyat untuk tetap mempertahankan daerah mereka yang akan dijarah dan dirusak oleh PT. Tedja Sekawan.
Ratusan massa yang terdiri dari Bapak-Bapak, Mamak-Mamak, Anak-anak remaja laki-laki dan perempuan terus berdatangan ke posko untuk membicarakan dan mendiskusikan kejadian sebelumnya. Rasa marah dari para Mama terhadap PT. Tedja Sekawan maupun Bupati terus terlontar dalam setiap pembicaraan diantara mereka.
"Kami pikir Bupati dan Anggota DPRD (Kabupaten TTS dan Propinsi) sudah tidak peduli lagi pada nasib Kami" ujar salah seorang Mama. "Mengapa mereka membiarkan kasus ini berlarut-larut dan tidak segera diselesaikan, padahal Kami sudah mencoba mendatangi mereka ke Kantor Bupati maupun kantor DPRD malah Kami diserang para preman dan di usir" tambah Mama yang lain. Atas dasar itu maka masyarakat berpikir bahwa jika Pemerintah Daerah tidak mampu menyelesaikan kasus ini maka jangan salahkan rakyat untuk menyelesaikan dengan cara mereka sendiri.
Ungkapan kekesalan, marah dan jengkel pada para pekerja juga terlontar dari masyarakat lain yang ada di Posko. "Kami akan pertahankan tanah kami sampai titik darah penghabisan" ungkap Mama Coster dengan nada geram."Masak Kami harus berdiam diri ketika ada pencuri masuk di daerah Kami" tambahnya.
Solidaritas, kebersamaan terus menerus ditunjukkan masyarakat untuk tetap mempertahankan wilayah mereka. Beberapa orang Mama mengirim sayuran-sayuran, ketela, pisang yang baru mereka petik bahkan ayam ke posko untuk bisa digunakan bersama-sama. Mereka juga sepakat untuk berbagi diri menjaga batu setiap harinya sehingga lokasi tidak kosong dan tetap ada orang. Tanda-tanda bahaya pun mulai disepakati oleh masyarakat, yaitu ketika bunyi sirine dari megaphone berbunyi maka masyarakat akan turun ke lokasi bersama-sama.
1. Situasi Masyarakat
Bentrokan pada hari Kamis (11/1/07) antara pekerja/ preman PT. Tedja Sekawan Surabaya dengan masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi tidak membuat masyarakat menjadi jera atau takut. Malah bentrokan tersebut semakin memperkuat komitment rakyat untuk tetap mempertahankan daerah mereka yang akan dijarah dan dirusak oleh PT. Tedja Sekawan.
Ratusan massa yang terdiri dari Bapak-Bapak, Mamak-Mamak, Anak-anak remaja laki-laki dan perempuan terus berdatangan ke posko untuk membicarakan dan mendiskusikan kejadian sebelumnya. Rasa marah dari para Mama terhadap PT. Tedja Sekawan maupun Bupati terus terlontar dalam setiap pembicaraan diantara mereka.
"Kami pikir Bupati dan Anggota DPRD (Kabupaten TTS dan Propinsi) sudah tidak peduli lagi pada nasib Kami" ujar salah seorang Mama. "Mengapa mereka membiarkan kasus ini berlarut-larut dan tidak segera diselesaikan, padahal Kami sudah mencoba mendatangi mereka ke Kantor Bupati maupun kantor DPRD malah Kami diserang para preman dan di usir" tambah Mama yang lain. Atas dasar itu maka masyarakat berpikir bahwa jika Pemerintah Daerah tidak mampu menyelesaikan kasus ini maka jangan salahkan rakyat untuk menyelesaikan dengan cara mereka sendiri.
Ungkapan kekesalan, marah dan jengkel pada para pekerja juga terlontar dari masyarakat lain yang ada di Posko. "Kami akan pertahankan tanah kami sampai titik darah penghabisan" ungkap Mama Coster dengan nada geram."Masak Kami harus berdiam diri ketika ada pencuri masuk di daerah Kami" tambahnya.
Solidaritas, kebersamaan terus menerus ditunjukkan masyarakat untuk tetap mempertahankan wilayah mereka. Beberapa orang Mama mengirim sayuran-sayuran, ketela, pisang yang baru mereka petik bahkan ayam ke posko untuk bisa digunakan bersama-sama. Mereka juga sepakat untuk berbagi diri menjaga batu setiap harinya sehingga lokasi tidak kosong dan tetap ada orang. Tanda-tanda bahaya pun mulai disepakati oleh masyarakat, yaitu ketika bunyi sirine dari megaphone berbunyi maka masyarakat akan turun ke lokasi bersama-sama.
2. Isu Serangan
Pada saat ini, isu serangan balik dari para pekerja tambang terus dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak jelas. Rencana serangan dari masyarakat Sikam (satu desa sebelah/ tetangga desa Kuanoel) yang akan dilakukan pada hari Senin kemarin membuat masyarakat bersiap-siap. Namun sampai dengan Senin sore serangan tersebut tidak terjadi.
Tidak hanya itu, isu serangan lain terus muncul. Masyarakat desa Kuanoel-Fatumnasi akan diserang oleh massa dari Soe (Ibu Kota Kabupaten TTS) dan Kapan pada hari Selasa dinihari (kurang lebih pukul 02.00 WITA). Atas informasi ini ratusan massa terus berjaga-jaga hingga hari ini.
Isu-isu akan terjadinya penyerangan balik terus menerus dilakukan sehingga membuat masyarakat selalu dalam kondisi waspada dan siaga. Dengan isu seperti itu, situasi dilokasi memang sedikit mencekam dimana para bapak-bapak dan mama-mama harus selalu siap siaga menghadapi segala kemungkinan. Untuk itu sudah seharusnya pihak aparat keamanan, khususnya pihak Kepolisian di wilayah TTS harus mampu menjamin rasa aman masyarakat.
3. Proses Hukum
Pada saat ini, pihak Kepolisian masih terus memproses kejadian bentrok antara masyarakat dan para pekerja tambang. Tiga orang dari pihak masyarakat telah dimintai keterangan oleh pihak Kepolisian menyangkut peristiwa itu.
Beberpa informasi yang disampaikan masyarakat, pihak Kepolisan juga menanyakan orang-orang yang melakukan pengruskan maupun penyerangan kepada beberapa rumah yang selama ini dipakai oleh pihak perusahaan pada saat pembuatan Berita Acara Pemeriksaan di Polres TTS. Polisi juga menanyakan siap yang melakukan pelemparan terhadap excavator. Beberapa orang menjawab bahwa tidak ada seorangpun yang menyentuh/ melempar excavator pada saat itu.
Jika informasi yang Kami terima benar maka akan ada kemungkinan pihak Kepolisian akan melakukan proses penangkapan kepada masyarakat yang melakukan penyerangan/ pengrusakan rumah. Melihat situasi demikian salah seorang tetua adat menyampaikan kepada Kami bahwa sebagai tetua adat dia akan ikut mempertanggungjawabkan masalah ini. Menurut beliau, tindakan yang dilakukan masyarakat sebagai salah satu upaya untuk merespon pekerja tambang yang tetap nekat bekerja, sehingga mereka harus Kita lindungi.
Sampai dengan informasi ini Kami tulis, ratusan masyarakat yang terdiri dari Bapak-bapak dan Mama-mama masih tetap setia menduduki lokasi tambang. Mereka tetap bersepekat untuk tidak meninggalkan lokasi tambang sampai dengan kasus ini diselesaikan oleh Bupati.
Engin ummæli:
Skrifa ummæli