
Salah satu dari perempuan perempuan pemberani itu adalah Ibu Lodia Oematan, perempuan berusia 39 tahun, warga desa Fatumnasi, yang dalam pertemuannya dengan aparat negara tanggal 25 Agustus lalu[1] tak segan-segan menyatakan protes dengan mengajarkan pada mereka secara keras bahwa perbuatan mereka melindungi penjarah batu adalah tindakan manusia manusia yang lupa bahwa mereka pernah dibesarkan oleh air susu ibu. Sebab Yahya Selan, Kapolsek Molo Utara yang saat itu hadir bersama pengusaha, telah membenarkan klaim pengusaha bahwa usaha mereka menambang Fatu Lik dan Fatu Ob adalah sah sebab mereka telah membayar. Menurut isi kepala Yahya, sebagaimana isi kepala pengusaha, Fatu Lik dan Fatu Ob tidak lebih dari batu, yang bisa dijual, dipindah tangankan. Atau tidak lebih dari bahan baku yang harus segera dipotong kotak untuk kemudian dijual ke Surabaya.
Namun bagi Lodia, Fatu Lik dan Fatu Ob adalah bagian dari suatu sumber kehidupan pulau bernama Molo, yang selama berabad-abad telah menjaga Nifu-Ob dan jaringan panjang sumber air lainnya untuk terus menghidupi seluruh warga Pulau Timor, termasuk aparat negara yang saat itu berdiri sok gagah di hadapannya, lengkap dengan senjata.
Pengetahuan luhur inilah yang membuat kaki Lodia tetap tegak dan suaranya tetap lantang mengusir pekerja-pekerja PT Teja Sekawan beserta alat beratnya yang telah mulai merusak Fatu Ob dan Nifu Ob, keluar dari Kuanoel. Sampai dengan pertemuan Sabtu 9 September lalu, Lodia tetap menyatakan kesediaan dan keberaniannya untuk berada paling depan dalam barisan pembela Fatu Lik dan Fatu Ob.
Selain Lodia, ada Ibu Ety Anone, perempuan pemilik tanah yang awalnya hendak dijadikan lintasan excavator mendekati Fatu Ob. Sejak alat berat itu merusak pagar dan lahan pekarangannya (24/8) sampai saat ini, ketika excavator sudah pindah dan diparkir di pekarangan Ibu Yosina, ia tetap lantang menyuarakan protes. Ia tak peduli ketika anggota Babinsa menegurnya dengan mengatakan,”Pekarangan itu adalah hak Mama Yosina!” Ia bahkan membalas,”Kamu yang harus berhenti merusak kami punya batu!!” dan kepada kami teriakan yang sama dititipkan sebagai seruan kepada pengelola negara. Sebab ia dan seluruh warga Kuanoel yang saat itu hadir dalam pertemuan (9/9) telah tahu berita perjuangan mereka telah disebarluaskan dan pernyataan-pernyataan sikap yang mendukung perjuangan mereka telah mendatangi meja-meja birokrat.
Maka jika saat ini, anda atau lembaga anda belum memutuskan untuk bersikap, bergegaslah! Dukung perempuan perempuan pemberani dari Kuanoel ini menghentikan penjarahan atas tanah air mereka!!
Engin ummæli:
Skrifa ummæli