8.06.2007

PT. Teja Sekawan Akhirnya Urungkan Niat

Kupang, 2 Agustus 2007

Rencana PT Teja Sekawan Surabaya, yang akan memulai penambangan kembali di Faut Lik dan Fatu Ob, 1 Agustus 2007 kemarin urung dilaksanakan. Sejak pagi masyarakat telah berada dilokasi dan beberapa masyarakat yang lain berada di rumah-rumah sekitar lokasi. Sebagian masyarakat yang lain tetap berada di kebun-kebun untuk melakukan kerja seperti biasa.

Menurut informasi yang Kami terima dari Yati Kase (Masyarakat Kuanoel) dan Vicka Mael (OAT), masyarakat mulai berkumpul sejak pagi setelah dari pasar. ”Bapak-bapak dan Mama-mama telah berada disini dan menunggu, sedang yang lain tetap bekerja di kebun. Bagi yang berada di kebun akan segera turun di lokasi seandainya ada suara sirine (megaphone) yang Kami hidupkan nanti”, ungkap Yati Kase salah seorang warga yang selama ini terlibat cukup aktif bersama-sama masyarakat.

”Kami memang mempersilahkan bapak-bapak dan mama yang lain untuk tetap bekerja di kebun. Tapi Kami minta mereka untuk pasang telinga sehingga jika mendengar bunyi sirine dari megaphone, mereka harus segera meninggalkan pekerjaannya”, tambah Vicka Mael. Disamping suara sirine megaphone ada teriakan/panggilan khusus yang biasa dipakai masyarakat untuk memanggil orang-orang yang di kebun. Dari pengalaman selama ini, hal cukup efektif sebagai alat komunikasi.

Sedang tokoh lain, Melky Sedek Oeamatan (62 th) yang selama ini selalu berdiri didepan memimpin masyarakat menyatakan,”Kami duduk didalam rumah dengan beberapa tetua adat tidak jauh dari lokasi. Kami selalu pantau dan lihat situasi dan jika perusahaan datang Kami akan keluar menghadang. Masyarakat sudah bertekat untuk menolak sehingga Kami orang-orang tua ini hanya coba pimpin mereka saja”.

Urungnya PT. Teja Sekawan Surabaya melakukan penambangan di Kuanoel-Fatumnasi disebabkan oleh beberapa hal ungkap Aleta Ba’un koordinator OAT yang selama ini melakukan pendampingan masyarakat Kuanoel-Fatumnasi. Alasan pertama, bahwa perusahaan masih ingin melihat sejauh mana kekuatan masyarakat. ”Ini hanya testcase saja dari perusahaan untuk melihat kekuatan masyarakat. Sejauh mana kekuatan masyarakat yang menolak dan jika perusahaan melihat masyarakat yang menolak sedikit maka mereka pasti akan melanjutkan kerja”, ungkap Aleta melalui telphone selulernya. Artinya peluang perusahaan untuk kembali lagi bekerja masih cukup besar karena ijin memang belum dicabut.

Alasan kedua, pihak Bupati maupun aparat keamanan di Kota Soe saat ini sedang disibukkan dengan aksi massa yang menolak kehadiran Markas Brigif. Dalam aksi penolakan tersebut ada ultimatum yang diberikan kepada Bupati untuk menolak kehadiran Markas Brigif dalam waktu 7 x 24 jam. Jika Bupati tidak mau menolak maka masyarakat akan memberikan mosi tidak percaya.

Karena alasan inilah PT. Teja Sekawan Surabaya urung melakukan penambangan seperti dalam surat yang telah diterima masyarakat sebelumnya. Pada saat ini masyarakat terus tetap berjaga dan berada di kebun dalam situasi yang masih terancam dengan kehadiran para pekerja tambang yang akan menggerus dan menggusur sumber-sumber penghidupan masyarakat selama ini.

Engin ummæli: